Teknologi Kuno Bangsa Indonesia Yang Mendunia
Selasa, 14 Mei 2013
0
komentar
Pada zaman dahulu kala, para nenek moyang kita sudah menemukan banyak
penemuan yang terbilang canggih. Tetapi sayang sekali banyak orang
Indonesia sendiri tidak menyadarinya. Kali ini saya
akan menulis beberapa teknologi kuno nenek moyang Indonesia.
1. Borobudur: bukti kecanggihan teknologi dan arsitektur
Borobudur adalah candi yang diperkirakan mulai dibangun sekitar 824 M
oleh Raja Mataram bernama Samaratungga dari wangsa Syailendra. Borobudur
merupakan bangunan candi yang sangat megah. Tidak dapat dibayangkan
bagaimana nenek moyang kita membangun Borobudur yang demikian berat
dapat berdiri kokoh dengan tanpa perlu memakukan ratusan paku bumi untuk
mengokohkan pondasinya, tak terbayangkan pula bagaimana batu-batu yang
membentuk Borobudur itu dibentuk dan diangkut ke area pembangunan di
atas bukit. Bahkan dengan kecanggihan yang ada pada masa kini, sulit
membangun sebuah candi yang mampu menyamai candi Borobudur. Borobudur
juga mengadopsi Konsep Fraktal. Fraktal adalah bentuk geometris yang
memiliki elemen-elemen yang mirip dengan bentuknya secara keseluruhan.
Candi borobudur sendiri adalah stupa raksasa yang di dalamnya terdiri
dari stupa-stupa lain yang lebih kecil. Terus hingga ketidakberhinggaan.
Sungguh mengagumkan nenek moyang kita sudah memiliki pengetahuan
seperti itu. Bangunan Candi Borobudur benar-benar bangunan yang luar
biasa.
2. Keris: kecanggihan teknologi penempaan logam
Teknologi
logam sudah lama berkembang sejak awal masehi di nusantara. Para empu
sudah mengenal berbagai kualitas kekerasan logam. Keris memiliki
teknologi penempaan besi yang luar biasa untuk ukuran masyarakat di masa
lampau. Keris dibuat dengan teknik penempaan, bukan dicor. Teknik
penempaan disertai pelipatan berguna untuk mencari kemurniaan besi, yang
mana pada waktu itu bahan-bahan besi masih komposit dengan
materi-materi alam lainnya. Keris yang mulanya dari lembaran besi yang
dilipat-lipat hingga kadang sampai ribuan kali lipatan sepertinya akan
tetap senilai dengan prosesnya yang unik, menarik dan sulit.
Perkembangannya teknologi tempa tersebut mampu menciptakan satu teknik
tempa Tosan Aji ( Tosan = besi, Aji = berharga).
Pemilihan akan batu
meteorit yang mengandung unsur titanium sebagai bahan keris, juga
merupakan penemuan nenek moyang kita yang mengagumkan. Titanium lebih
dikenal sebagai bahan terbaik untuk membuat keris karena sifatnya ringan
namun sangat kuat. Kesulitan dalam membuat keris dari bahan titanium
adalah titik leburnya yang mencapai 60 ribu derajat celcius, jauh dari
titik lebur besi, baja atau nikel yang berkisar 10 ribu derajat celcius.
Titanium ternyata memiliki banyak keunggulan dibandingkan jenis unsur
logam lainnya. Unsur titanium itu keras, kuat, ringan, tahan panas, dan
juga tahan karat.
Unsur logam titanium baru ditemukan sebagai unsur
logam mandiri pada sekitar tahun 1940, dan logam yang kekerasannya
melebihi baja namun jauh lebih ringan dari besi. Dalam peradaban modern
sekarang, titanium dimanfaatkan orang untuk membuat pelapis hidung
pesawat angkasa luar, serta ujung roket dan peluru kendali antar benua.
3. Benteng Keraton Buton: Arsitektur bangunan untuk pertahanan
Di
Buton, Sulawesi Tenggara ada Benteng yang dibangun di atas bukit seluas
kurang lebih 20,7 hektar. Benteng yang merupakan bekas ibukota
Kesultanan Buton ini memiliki bentuk arsitek yang cukup unik, terbuat
dari batu kapur. Benteng yang berbentuk lingkaran ini memiliki panjang
keliling 2.740 meter. Benteng ini memiliki 12 pintu gerbang dan 16 pos
jaga/kubu pertahanan (bastion) yang dalam bahasa setempat disebut
baluara. Tiap pintu gerbang (lawa) dan baluara dikawal 4-6 meriam.
Jumlah meriam seluruhnya 52 buah. Pada pojok kanan sebelah selatan
terdapat godana-oba (gudang mesiu) dan gudang peluru di sebelah kiri.
Letaknya pada puncak bukit yang cukup tinggi dengan lereng yang cukup
terjal memungkinkan tempat ini sebagai tempat pertahanan terbaik di
zamannya. Benteng ini menunjukkan betapa hebatnya ahli bangunan nenek
moyang kita dalam membuat teknologi bangunan untuk pertahanan.
4. Tempe: Pemanfaatan bioteknologi untuk makanan
Tempe
merupakan hasil bioteknologi sederhana khas Indonesia. Nenek moyang
bangsa Indonesia telah menggunakan Rhizopus untuk membuat tempe dari
kedelai. Semua ini adalah penggunaan mikroba atau mikroorganisme pada
tingkat sel untuk tujuan pangan. Sebenarnya mengolah kedelai dengan ragi
juga dilakukan di negara lain seperti China,Jepang,India dll.Tetapi
yang menggunakan Rhizopus hanya di Indonesia saja. Jadi kemampuan
membuat tempe kedelai adalah penemuan orang Indonesia. Tempe sudah
dikenal sejak berabad-abad lalu di Nusantara. Dalam bab 3 dan bab 12
manuskrip Serat Centhini dengan seting Jawa abad ke-16 telah ditemukan
kata "tempe". Kini, tempe sudah merambah manca negara, tidak saja karena
rasa dan aromanya, namun juga karena kandungan gizinya. Penemuan tempe
adalah sumbangan nenek moyang kita pada seni masak dunia.
5. Pranata Mangsa: Sistem penanggalan musim bukti kepandaian ilmu astronomi nenek moyang kita
Seperti kebudayaan-kebudayaan lain di dunia, masyarakat asli Indonesia
sudah sejak lama menaruh perhatian pada langit. Pengamatan langit
digunakan dalam pertanian dan pelayaran. Dalam masyarakat Jawa dikenal
pranatamangsa, yaitu peramalan musim berdasarkan gejala-gejala alam, dan
umumnya berhubungan dengan tata letak bintang di langit.
Menurut
Daldjoeni di bukunya "Penanggalan Pertanian Jawa Pranata Mangsa",
Pranata Mangsa tergolong penemuan brilian. Kompleksitasnya tak kalah
bobot dari sistem penanggalan yang ditemukan bangsa Mesir Kuno, China,
Maya, dan Burma. Lebih-lebih jika dibandingkan dengan model Farming
Almanac ala Amerika, Pranata Mangsa jauh lebih maju.
Meskipun
teknologi sudah semakin canggih seperti sekarang ini, penerapan
perhitungan pranata mangsa masih relevan. Hal itu dikarenakan nenek
moyang kita dulu mempelajari gejala-gejala alam seperti musim
hujan/kemarau, musim tanaman berbunga/berbuah, posisi rasi bintang,
pengaruh bulan purnama, dan sebagainya. Dengan mempelajari gejala-gejala
alam tersebut nenek moyang kita dapat lebih menghargai kelestarian
alam.
6. Rumah Gadang: Arsitektur Rumah Aman Gempa
Para
nenek moyang orang Minang ternyata berpikiran futuristik alias jauh
maju melampaui zamannya dalam membangun rumah. Konstruksi rumah gadang
ternyata telah dirancang untuk menahan gempuran gempa bumi. Rumah gadang
di Sumatera Barat membuktikan ketangguhan rekayasa konstruksi yang
memiliki daya lentur dan soliditas saat terjadi guncangan gempa hingga
berkekuatan di atas 8 skala richter. Bentuk rumah gadang membuat Rumah
Gadang tetap stabil menerima guncangan dari bumi. Getaran yang datang
dari tanah terhadap bangunan terdistribusi ke semua bangunan. Rumah
gadang yang tidak menggunakan paku sebagai pengikat, tetapi berupa pasak
sebagai sambungan membuat bangunan memiliki sifat sangat lentur. Selain
itu kaki atau tiang bangunan bagian bawah tidak pernah menyentuh bumi
atau tanah. Tapak tiang dialas dengan batu sandi. Batu ini berfungsi
sebagai peredam getaran gelombang dari tanah, sehingga tidak
mempengaruhi bangunan di atasnya. Kalau ada getaran gempa bumi, Rumah
Gadang hanya akan berayun atau bergoyang mengikuti gelombang yang
ditimbulkan getaran tersebut
Darmansyah, ahli konstruksi dari
Lembaga Penanggulangan Bencana Alam, Nahdatul Ulama (LPBA NU) Sumatera
Barat menyebutkan, dari sisi ilmu konstruksi bangunan rumah gadang jauh
lebih maju setidaknya 300 tahun dibanding konstruksi yang ada di dunia
pada zamannya.
7. Pengindelan Danau Tasikardi, Banten : Kecanggihan Teknologi Penjernihan Air
Nenek
moyang kita ternyata sudah mengembangkan teknologi penyaringan air
bersih. Sekitar abad ke-16-17 Kesultanan Banten telah membangun Bangunan
penjernih air untuk menyaring air yang berasal dari Waduk Tasikardi ke
Keraton Surosowan. Proses penjernihannya tergolong sudah maju. Sebelum
masuk ke Surosowan, air yang kotor dan keruh dari Tasik Ardi disalurkan
dan disaring melalui tiga bangunan bernama Pengindelan Putih, Abang, dan
Emas. Di tiap pengindelan ini, air diproses dengan mengendapkan dan
menyaring kotoran. Air selanjutnya mengalir ke Surosowan lewat
serangkaian pipa panjang yang terbuat dari tanah liat dengan diameter
kurang lebih 40 cm. Terlihat sekali bahwa pada masa tersebut sudah mampu
menguasai teknologi pengolahan air keruh menjadi air layak pakai.
Danau
Tasik Ardi sendiri merupakan danau buatan. Sebagai situs sejarah,
keberadaan danau ini adalah bukti kegemilangan peradaban Kesultanan
Banten pada masa lalu. Untuk ukuran saat itu, membuat waduk atau danau
buatan untuk mengairi areal pertanian dan memenuhi kebutuhan pasokan air
bagi penduduk merupakan terobosan yang cemerlang.
8. Karinding: Teknologi pengusir hama dengan gelombang suara
Ternyata
nenek moyang dan leluhur kita mempunyai suatu alat musik tiup
tradisional yang berfungsi sebagai hiburan sekaligus pengusir hama. Alat
musik dari Sunda ini terbuat dari pelepah kawung atau bambu berukuran
20 x 1 cm yang dipotong menjadi tiga bagian yaitu bagian jarum tempat
keluarnya nada (disebut cecet ucing atau ekor kucing), pembatas jarum,
dan bagian ujung yang disebut panenggeul (pemukul). Jika bagian
panenggeul dipukul, maka bagian jarum akan bergetar dan ketika
dirapatkan ke rongga mulut, maka akan menghasilkan bunyi yang khas. Alat
ini bukan cuma untuk menghibur tapi juga ternyata berfungsi mengusir
hama di kebun atau di ladang pertanian. Suara yang dihasilkan oleh
karinding ternyata menghasilkan gelombang low decibel yang menyakitkan
hama sehingga mereka menjauhi ladang pertanian.
Frekuensi suara yang
dikeluarkan oleh alat musik tersebut menyakitkan bagi hama tersebut,
atau bisa dikatakan frekuensi suaranya melebihi dari rentang frekuensi
suara hama tersebut, sehingga hama tersebut akan panik dan terganggu
konsentrasinya.
Kecanggihan Karinding sebagai bukti bahwa nenek
moyang kita sejak dulu sudah mampu menciptakan alat yang menghasilkan
gelombang suara. Ini aadalah alat mengusir hama yang aman bagi
lingkungan. Dibutuhkan perhitungan yang teliti untuk menciptakan alat
musik seperti itu.
9. Si Gale gale: Teknologi Robot tradisional Nusantara
Orang
Toba Batak Sumatra utara pada zaman dahulu sudah bisa membuat robot
tradisional yang dikenal dengan sebutan si gale-gale. Boneka ini
menguasai sistem kompleks tali yang dibuat sedemikian rupa. Melalui tali
yang ditarik ulur inilah boneka itu dapat membungkuk dan menggerakan
“tangannya” sebagai mana layaknya orang menari.
Menurut cerita,
Seorang Raja dari Suku Karo di Samosir membuat patung dari kayu untuk
mengenang anak satu-satunya yang meninggal dunia. Patung kayu tersebut
dapat menari-nari yang digerakkan oleh beberapa orang. Sigale - gale
dimainkan dengan iringan musik tradisional khas Batak.
Boneka yang
tingginya mencapai satu setengah meter tersebut diberi kostum
tradisional Batak. Bahkan semua gerak-geriknya yang muncul selama
pertunjukan menciptakan kesan-kesan dari contoh model manusia. Kepalanya
bisa diputar ke samping kanan dan kiri, mata dan lidahnya dapat
bergerak, kedua tangan bergerak seperti tangan-tangan manusia yang
menari serta dapat menurunkan badannya lebih rendah seperti jongkok
waktu menari.
Si gale-gale merupakan bukti bahwa nenek moyang kita
sudah dapat membuat boneka mekanikal atau robot walau dalam bentuk yang
sederhana. Robot tersebut diciptakan untuk dapat meniru gerakan manusia.
10. Kapal Jung Jawa : Teknologi Kapal Raksasa
Jauh sebelum Cheng Ho dan Columbus, para penjelajah laut Nusantara
sudah melintasi sepertiga bola dunia. Meskipun sejak 500 tahun sebelum
Masehi orang-orang China sudah mengembangkan beragam jenis kapal dalam
berbagai ukuran, hingga abad VII kecil sekali peran kapal China dalam
pelayaran laut lepas.
Dalam catatan perjalanan keagamaan I-Tsing (671-695 M) dari Kanton ke
Perguruan Nalanda di India Selatan disebutkan bahwa ia menggunakan
kapal Sriwijaya, negeri yang ketika itu menguasai lalu lintas pelayaran
di “Laut Selatan”. Pelaut Portugis yang menjelajahi samudera pada pertengahan abad ke-16
Diego de Couto dalam buku Da Asia, terbit tahun 1645 menyebutkan, orang
Jawa lebih dulu berlayar sampai ke Tanjung Harapan, Afrika, dan
Madagaskar.Ia mendapati penduduk Tanjung Harapan awal abad ke-16 berkulit
cokelat seperti orang Jawa. “Mereka mengaku keturunan Jawa,” kata Couto,
sebagaimana dikutip Anthony Reid dalam buku Sejarah Modern Awal Asia
Tenggara.
Berdasarkan relief kapal di Candi Borobudur membuktikan bahwa sejak
dulu nenek moyang kita telah menguasai teknik pembuatan kapal. Kapal
Borobudur telah memainkan peran utama dalam segala hal dalam bahasa Jawa
pelayaran, selama ratusan ratus tahun sebelum abad ke-13. Memasuki abad ke-8 awal, kapal Borobudur digeser oleh Jung besar
Jawa, dengan tiga atau empat layar sebagai Jung. Kata “Jung” digunakan
pertama kali dalam perjalanan biksu Odrico jurnal, Jonhan de Marignolli,
dan Ibn Battuta berlayar ke Nusantara, awal abad ke-14.
Mereka memuji kehebatan kapal Jawa raksasa sebagai penguasa laut Asia
Tenggara. Teknologi pembuatan Jung tak jauh berbeda dari karya kapal
Borobudur; seluruh badan kapal dibangun tanpa menggunakan paku.
Disebutkan, jung Nusantara memiliki empat tiang layar, terbuat dari
papan berlapis empat serta mampu menahan tembakan meriam kapal-kapal
Portugis. Bobot jung rata-rata sekitar 600 ton, melebihi kapal perang Portugis.
Jung terbesar dari Kerajaan Demak bobotnya mencapai 1.000 ton yang
digunakan sebagai pengangkut pasukan Nusantara untuk menyerang armada
Portugis di Malaka pada 1513. Bisa dikatakan, kapal jung Nusantara ini
disandingkan dengan kapal induk di era modern sekarang ini.
Sebenarnya masih banyak teknologi-teknologi yang digunakan nenek moyang
kita yang tidak dituliskan disini. Dari penemuan-penemuan itu sebenarnya
sejak dulu bangsa Indonesia sudah mampu menguasai teknologi canggih di
zamannya maka tidak pantas lah bila kita menyombongkan diri sebagai
generasi sekarang bila kita tidak menghargai dan mengapresiasi leluhur
kita.. Nenek moyang kita telah berhasil membangun candi-candi yang
sangat indah arsitekturnya dan bertahan ratusan tahun. Nenek moyang kita
juga membangun armada laut yang telah mengarungi samudra luas. Nenek
moyang kita juga telah menemukan benda-benda yang tebilang sederhana
tapi banyak manfaatnya. Itu bukti bahwa nenek moyang kita sangat cerdas.
Penjajahlah yang telah membuat kita lemah dan kurang percaya diri.
Karena itu, setelah menjadi bangsa yang merdeka kita harus dapat bangkit
kembali untuk menyejajarkan diri dengan bangsa lain yang telah maju.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul:
Teknologi Kuno Bangsa Indonesia Yang Mendunia
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke
https://ryokhaz.blogspot.com/2013/05/teknologi-kuno-bangsa-indonesia-yang.html
. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar :
Posting Komentar